
penuh kerinduan setiap deta nafasku mencari bumi,
wahai bumiku sepanjang masa saat ini
memeluk lembut menjurai lengkungan selimutmu,
langkah mejelajah seluruh celah pencarian,
setiap sudut detak menjadi hening antah berantah,
seluruh penjuru kutatatp penuh harapan
bertanya pada suaraku kian menikam penantian,
menjejak setapak sunyi gelap diam meremang,
bersandar pada dinding,
tautan penuh makna membisu,
lirih pada takdir berbisik kata,
maafkan aku atas pagi tiada menjelang
menetak dingin malam,
hujan dan gerimis merenda sepi kehilangan,
bagiku engkau adalah nafas dan kehidupanku,
kematian membalut cinta kasih dan sayang
dalam keabadian,
cakrawala adalah tempat kita bercinta,
untukmu hujan lahar mencumbu kehangatan,
mata jiwaku memateri dua tebing terjal
sesak belantara,
sesaat nafas berdenyut di satu kelokan,
gemerlapan lampu-lampu jalanan memeluk desahmu
berkepanjangan kian membumi,
menghempas kerinduan dibait dan altarmu menetak cemas,
menghirup udaraMu demi selembar kedamaian,
Tuhan, tenangkan jiwa gemintang di angkasa,
bentangan sudut ruang dan waktu penantian
tentang kesetian di alunan derumu
terhantarkan membelah angin malam,
membelah gulungan ombak lautan
perjalanan pulang,
tubuhku menahan rasa dingin
menyelinap kian menusuk makna,
lengkungan cadikmu hangat menghiasi paras
penuh keindahan sepanjang detakku,
lengkungan pantaimu lukisan petikan
kebahagiaan semenanjungku
melangkah memuja pelukanmu bumi,
setiap detak nafas bumiku jantungku
berirama keabadian menatah pigura cakrawala,
setiap saat purnama di langitku
terus bercahaya menerangi langkah
membumi penuh kekuatan,
setiap ufuk mataku terjaga
menghiasi kelopak lengkungan wajahmu,
lukisan mayapada ibunda malam
kian sempurna mencumbu dini hari,
saat pelukan mesra dan desah nafasmu
mengukir bening rintik gerimis,
langit mengatup mata memeluk sayapmu
terbang tinggi diangkasa,
perlahan menghilang dicelah awan
kenikmatan memuja kedamaian,
hujan mengalirkan keindahan
kian lemah dalam gemulai jiwa kita
diatas secarik kain,
menyungging kerlingan danaumu
dalam derai angin menetak bergeming,
selimut biru lautan menghampar
jejak ranum kemerahan,
menuai mimpi dicadikmu menanti
mendekap langit penuh keharuan,
kumohon padamu agar jangan pernah pergi,
Langit menggerimis :terngiang sebait puisi
tergoreskan di sela nafas kita
"when you submit your hands to me
: prabandari"
batavia:dewata
jule 18, '10 24:00 AM
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar