
perlahan aku memanjat sulur sulurmu yang terus mengekor kuda rambut ikal mayang lantunan dalam riakan mengguncang bayang bayang purba selaksa, tetapi satu lemparan bola kata dari cadikmu yang mengalun menyatu ombak terkesiap makna tanya mengapa engkau begitu memperdulikan semua secara penuh rinci hal hal yang selama ini tiada penting di sekitar kehidupanku, menyeru alis matamu melengkung indah keterkejutan membahana semu pipi merekahmu, aku tidak perdulikan mereka selama ini, maafkan aku perlahan mengusik mimpi indah awal malam ini menuju pertengahan malam, katakanlah tonggak terpancang aliran dari asal muasalmu adalah bagian dari mereka yang sejuk dengan terlepas dari makna tiada membentang kenyamanan ungkapku, penyapaan terindah yang aku berikan malam ini untuk sebuah perjalanan kemarin dan hari ini serta esok penuh kekuatan dalam arti,
mohon perhatian sayup termaktub dalam rongga suasana mengahntar alunan secangkir kopipersembahanku menyeretmu menuju balkon menatap aroma kesejukan tergantikan dari kesahmu mengeram butiran demi butiran yang meleleh di dahimu dan lengkungan bibir indahmu, dalam detak jantung tertikam dahaga kureguk cawan keindahan masa mengendang masa daratan yangb hilang seketika berhamburan tawamu membahana menghiasi setiap telung demi relung yang kian menggetarkan sukmaku, aku memohon kepadamu untuk yang kesekian kali lebih mengagumi dirimu dalam suka dan duka, ketahuilah tanah tanah telah menjadi lembab karena siraman hujan warna tertuang desah di gambarmu yang mengalu dari waktu menuju waktu,
kembali pintu engkau buka lebih lebar dan luas untuk mempersilahkan aku menyeruak dengan penuh kelembutan menyentuh ujung ujung buhul yang melingkari perjalanan maknamu terkasih, dalam hitam kebanggaanmu tertepis kekuatan merah menuja hitam menurutku penuh kekuatan yang kian membentang dalam kesungguhan milikmu, dan ketahuilah kekuatan itu sangat mendasari dirimu, saat engkau tawarkan kata menghujat kedalam ketidakpuasan lukisanmu, saat itu aku terpesona dalam keindahan dan kekaguman yang sangat mencengangkan,
aku melihat banyak permata berserakan dimasa lalu menyatu pohon pohon perjuangan memakai lapisan hitam diselimuti kelabu penuh kekuatan dalam barisan menjajar kekuatan lain yang terkalahkan olehmu, dan aku semakin menurun jejak yang semula meninggi, terimakasih mengingatkan aku betapa penuh keinginan lebih menggali tambang intan berlian milikmu, maka semakin aku menggalinya aku semakin mendapatkan kata kata yang tiada dapat dilukiskan untuk makna perjalananmu, maka semakin lidahku berputar searah jarum jam menari gemulai di celah cerukmu yang mengganga menyentuh desahku kian membahana,
penuh kelembutan aku melangkahi waktu mencoret lembaranmu di katulistiwa bercakrawa makna kenikmatan, angin terus menerjang dadaku perlahan dengan kesejukan menimang tembang menarikan lingkaran tanganku menarik kesimpulan dan menurunkannya dengan kelembutan di awal bundaran kecil milikmu dan selanjutnya matamu perlahan terpejam, sebuah pendakian di bukit yang menyenangkan, mataku tiada berhenti berkumandang mendecak kekaguman menatatap seluruh bentuk menawan dalam dahaga kuhirup aroma bernuansa surga menyatu buah terlarang Tuhan, biarlah aku menikammu reinkarnasi adam terbawa arus hawa yang mempesona,
seperti matahari menjejakkan sinar hangatnya perlahan kemudian semakin panas membakar seluruh sendi sendimu kemudian lunglai dan membentang lautan sepi memutih dirongga alam bawah sadarmu, kemudian aku mengejarmu dengan kekuatan makna dalam detak nafasku disapu hujan kasih bersama ledakan gunung berapi terselimuti lahar lahar panas yang menetesi aliran sungai dibagian pori pori tebing beralur lembut, maka basahlah rerumputan liar milikmu menyungging senyuman bercadik mengatup sudutmu penuh kesuburan, kemudian sebuah dinding penuh tatapan memutih terpateri putih memanjang perlahan-lahan menggeliat dibelai cumbuan nafasku meremang kudukmu, perlahan menatap berkumandangan desah alam berkuasa membuatnya menikmati sampai lintasan terakhir atas nama keindakan kasih yang telah diterima,
dentang waktu telah terbunuh lama dalam pergulatan di meja yang menghidangkan kenikmatan penuh kesucian terdalam maka tiada berpaling kupeluk penuh kekuatan bersama tangan Tuhan menyatu telaga indah membentang matamu mendesir detak mendetak, berlompatan disambut helai demi helai butiran lahar terkirimkan dialiran jam pasir meredup perlahan, lengkungan punggungmu dalam telapak tanganmu mengelus kasih, semakin detak itu menyatu sukam kita dibentangan zaman, nafasmu melemah menuai relung mimpi perlahan, sementara aku terus memutar lidahku mencicipi simponi selamat malam persembahan dihamparan altarmu dan sejadahku menyatu dalam padu, biarkan perahuku mengakhiri pelayaran penuh perjalanan dan kandas di pantai indah hatimu.*
*seperti membuka kitab purba
milikmu dipelataran hatiku
prabandari: menyentuhmu dalam selimuti
delapan:empat:dua nolsatu nol
 
 
menikmati lukisan hidup dalam sabda
BalasHapusgeliat makna memacu degup di dada