
melangkah buana membentang kuncup kuncup merona diujung memugar makna demi kekuatan terbentang cahaya meliuk diterpa untaian kacu mengggantung di indah jenjang berliontin tatahan permata gemintang, kakimu kian menjejak relung sukma bahana cinta kasih sayang, purbamu dalam canda menyulam tawa penuh makna perjalanan keindahan dan dukamu saat mata menyatu altar penuh getaran simponi keretariakn bulan pada matahari, tanganmu lentur mengulurkan kehangatan cahaya sinar mentari kesorean di ufuk timur sementara mata tersenyum mengerling di balutan hati kian membeku.
melangkah aku menikahi tahta yang memberikan kekuatan untuk pemenuhan bagain yang lain yang sebenarnya akau tidak mengetahuinya, sesungguhnya aku akan mengejarnya dengan menebarkan aroma bunga di lintasan kumbang-kumbang dalam terbang dimusim penuh menghalau panas yang telah begitu dengan kebagaan mencuri makna di lintasan teringgi dalam sepucuk sudut ruangan memandang lengkingan memuja getaran sayapmu membahana menyatu lantunan kumbang bersimponi tertebarkan di kuntum demi kuntum penantian di musim panas tertikam hujan resah tiada berujung, maafkan langkah kita tiada pernah menyatu, karena malammu adalah siangku dan sebaliknya siangku adalah malammu, perlahan nafasmu menguras mata airku dihamparan lumbung terkelupas satu persatu, penantian panjang menatah ruang demi ruang penyatuan tiada berperangkap perdu yang hilang dan mati seluruh persendian, melihat gunung yang tertatah meninggi adalah serihan serpihan yang engkau kumpulkan dari lukisan lukisan bermasa nuansa milik para mereka dalam reka mereka. Akhir pemenuhan tiada arti kekuatan yang hakiki di balutan sukma dan membuncah raga ditikan tatapan mengerling berpuasa di malam gelap gulita.
melangkah aku menyelami pusara kerelaan tiada bertepi untuk memuja cawan bertangan hampa setelah menjadi perempuan terendam putaran waktu purba kembali saat mengahadapi setumpuk lencana pagi memuja malam penuh debu dan seonggok saga daun pisang berhamburan ribuan langkah mengacu kulit memerah dengan segala kekuatan terbaluk duka menganga.
Melangkah dalam kata dalam kosa terbahana saat engkau semakin menjelma di pelukan mata, jemari lintasan di sentuhku dan nafasku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar