
Lautan menjelang senja kian menjingga
tonggak terpancang aroma pegunungan,
hujan pecah mengayam seribu bilah
aliran tanah menghanyut menetes pori-porimu,
darahmu tenggelam menuai nafas tersesat
angin membisik dingin purba merangkai waktu
pintumu membenam aroma bunga mahkota
: prabandari
sebutir pergulatan nafas mendetak desah
pusaka malam menelungkup tebing terjal
rembulan mengelayut ladang membasah
memainkan hujan tiada berakhir
: prabandari
gelombang membuai ombak
kian menggelora kita mengalir,
dahaga merayu aroma kerinduan
melilit liat pinggangmu
perjamuan diatas kain putih tercecap
gelinjang memerah
lengkungan pantaimu memendam
hembusan angin kian menguat
aroma cinta terseret deras
pusaran palung darah
syahdu mengumandang langit
gelinjang kian membumi
melipat temaram mencabik
binar mata lukisan nikmat
menggelayut jemari
memeluk malam terbenam
: prabandari
nafasmu menyatu kelembutan
riakan mimpi dini hari
mengatup matamu dipelukan punggung
tercumbu dini hari mengulum desah
mentari menghujam cahaya
belantara hamparan rimba tubuh telanjang
angin pegunungan menebar aroma dingin
pucuk pucuk pepohonan
meraba pesona menggelinjang
membelit cadikmu tiada berkesudahan
: prabandari
jule 30`10 dini hari
ciptamu: 414
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar