Senin, 09 Agustus 2010

simpul jiwa keabadian : prabandari



simpul jiwa keabadian : prabandari

prabandari : saat merenda cinta yang paling indah dalam pelukan jiwamu, setiap sudut hatimu adalah muara cinta membentang dimata menebar simpul makna kepelukan kerinduan terbesar dilaut kata membentang layar mengusik perahu, ketahuilah bahwa saat cinta ini membuka mata dengan kesetiaannya tanpa diminta dan bersyarat melangkahi ruang dan waktu selamanya, menyatu maknamu penuh nuansa keindahan; melantun maknamu menyatu purnama semalam masih menyisakan terangnya dan matahari menyambutnya dengan sukacita.

nafas kian telanjang menyetubuhi malam
lukisan cinta membara cahaya rembulan,
menjuntai asa gelombang berkepanjangan
menyingkap tabir malam menuai dini hari
setiap detik menatah elok parasmu
cakrawala bertaburan gemintang
binarmu kian menggelora: prabandari


prabandari: ketika saya melihat bening dan teduh danau matamu, saya merasa bahwa saya tenggelam di laut cintamu penuh gelora dan berkepanjangan, kemudian aku akan berlutut memohon kepadamu untuk terus tenggelam dan karam selamanya, seketika bibirku mengumandangkan bisikan serta desahan sangat menghargaimu seperti lautan luas tanpa batas merasakan bahwa aku memujamu dengan segala kelebihan dan menyelami kekuranganmu, serta aku tiada perduli tentang keberadaanmu sebelumnya, detik ini adalah nuansa pelangi yang mengukir langit dengan penuh warna berjuta juta tatapan mega, sebait kata bermakna, jangan pernah tinggalkan aku sayang, bawalah aku terus kemanapun engkau pergi selamanya, tirai malam tersentuh makna bentangan sayapmu,

prabandari: bersama selendangmu menetak penat dalam mimpi tersulam menepis silam, ruang dan waktu selalu menunggumu dengan hamparan cinta sejatiku, marilah ulurkan kedua ujung sutera jemarimu dan melangkahlah memasuki ruangan luas bernuansa putih dan bersih, kemudian lekatkan kedua tanganmu di pundak dan melingkar dileherku, tataplah mataku, dekatkan cadikmu menggelombang ombak lautanku, ketahuilah aku telah menyatu dalam palung cinta sejatimu dan cinta sejatiku.

prabandari: ketika sejarah zaman menuju zaman menguntai makna tidak mengurangi bahwa kata tertulis di atas kertas beralaskan cinta, tetapi selebihnya kata-kata adalah semua berasal dari kedalaman lubuk hatiku menyulam kasih berkepanjangan, menyelinap dalam cakrawala merenda perasaan sayang penuh keabadian telah tertulis dengan darah menatah makna hati,

lekuk pesonamu syahdu menuai lekat
gelombang lautan mengelora hasrat,
mencium harum ujung mayangmu
nafas hangat membelai lembut wajah
menetak kekang membuncah senja merah,
menjejak pintu temaram membelai bumi
binarmu kian menggelora: prabandari

prabandari: seperti malam-malam sebelumnya wajahmu masih merona purnama menenun relung untaian benderang cakrawala, terhenyak nafas menggoda gelisah merembak payungmu mendesah sejenak, aku mencumbumu dan terus mencumbu dalam sukma, keabadian menyatu jiwa kita adalah hal terpenting dari ejawantah yang menyeretku lebih menyatukan hati untuk terus memberitahumu dan tersimpan untuk waktu yang lama merasakan salah satu sudut hatiku dan simpul jiwaku adalah dirimu secara seutuhnya.

prabandari: perjalanan menyatu putara bumi dalam hembusan desah langit kian membiru, tiada arti detak jantungku tanpa kehadiranmu disisi diriku, dalam dua cangkir kopi americano kita memacu detak jantung menunggu waktu untuk di persembahkan di altarmu menyatu cawan dahaga yang akan terciptakan sebentar lagi, mentari mengubah cahaya cakrawala jingga kemerahan menjelang kelam malam berbaur rangkaian menderu lampu lampu bersinar melewati remang, jantung kian berdegup antara haluan kiri dan kanan kian memuja detak dalam doa membalut doa mengukir jiwa pencarian jejak, melintasi perjalanan mereka kembali di purbanya, memanggil sebuah pelengkap untuk menyertai langkah menuju pintu penghantar kerinduan kelak, sementara putaran memerah lampu diatas teriakan sirene melambung angkasa menetk langkah para, sementara tatapan mata menyatu perjalanan ini, kuasa Tuhan selalu menyertai setiap langkah kian terpacu.

matamu menggelombang cinta
anak rambut menggelora sutra,
mengiris mata sukma kerinduan
kehangatan mentari musim bunga,
meluap bibirmu kian lembar
melilit arah kiri lengkungan tidurmu
puncak bukit perlahan menggelombang
desah nafas menyatu tubuh mengatup mata
menyusuri lengkungan pergelangan kaki
menguntai makna keabadian : prabandari

prabandari: hamparan demi hamparan terlewati begitu cepat, dilorong demi lorong telah terpenuhi maka perjuangan adalah keberhasil sementara gading tiada retak terjadi, dan itupun diluat batas alam sadarku, hanya tanganku membuka perjalanan dan semuanya berpacu menggores setiap ujungnya, dalam kekalutan tenagamu menjadi berlipat dan menghentak deru seperti pukulan terkeras selama dalam perjalaan purba, sementara mendung, berhati hatilah desah mencadik, mataku nanar menatap bayangan pepohonan menghantar cahaya dan lantunan memanggil memecah kesunyian menghantar sayap sayap mengepak terbang dari landasan.

prabandari: tanganmu melingkari tanganku dan seketikan pelukanku menghangatkan punggungmu menyatu langkah kaki kita membunuh satu persaru trotoar berdebu, kemudian makin terasakan lenganku memelukmu semakin kuat dan tiada berkeinginan melepasmu, di kursi tanpa sandaran ku sandarkan sejenak kerinduan yang semakin bertunas, langkahmu perlahan sejenak menghantar dirimu menetak lamunanku di tepukan halus jemarimu, kembali pelukanku menyatu wajahmu tiada terhenti,

prabandari: membisik memberikan nuansa di telingaku, sesudah itu memelukku penuh kekuatan, di kursi panjang ini kita berjanji tentang kerinduan dan deburan ombak di lautan yang kian membiru menyatu penuh kekuatan untuk tidak meninggalkanku, sementara doa telah memiliki kekuatan dan pembuktian melintasi pintu langkahmu kian menghiasi penuh gemulai membuai impian kekuatan, semua menjadi gambaran yang luas diatas kanvas, dan teriakanmu menggema ruang dan waktu menyatu dalam keindahan, kita terus berpelukan menjelajahi ruang dan waktu menguntai nafas saling berkejaran. aku semakin merindukanmu, sementara waktu telah memanggilmu dan kaki kita menyatu menuju pintu melepas pelukanku, nafasku kian sesak dan bumi semakin cepat berputar, mendung semakin kelam di hamparan malam terang bernderang, kemudian hujan menghantar rinai di setiap desah nafas, aku tertidur dalam mimpi selalu memelukmu,

prabandari: seketika cadikku berkumandang kekuatan sebuah permohonan kembali memelukmu dan mantra terurai begitu indah mengangkasa menarik jejakku melintasi pintu demi pintu membuai lorong demi lorong dan menghantar dipenantian waktu, langkahmu menyatu sudut mataku, remang dan semakin jelas melintas penuh kekuatan sementara aku membisikkan kata kata ingin menyatu denganmu, melempar makna tiada percaya menyatu langkahmu perlahan melintasi lorong demilorong di kejauhan aku menantimu dalam pelukan kerinduan seketika, perlahan kaki kita semakin mendekat dan menyatukan jarak pandangan mata dan seketikan tenggorokanmu tercekat kata keterkejutan menyebut kekuasan Tuhan dan taiada percaya, tanganku mengambil bebanmu dan kembali memelukmu dalam kehangatan, marilah kita bersuka cita kembali, pelukan dan ciuman sungguh menyatu dalam jiwa dan ragamu, menuai waktu penantian mengepak sayap.

rinai hujan menyeruak sukma
membius sosok liat jelitamu
menetas denyut nadi menghela nafas
bibir mengecup bening telagamu
hujan terus bersenandung cinta
nada demi nada mengayun desah ombakmu
tanganmu menyatu makna berdegup genggaman
memelukmu menuai simponi cinta
kerinduan kian menyulam desah membiru


prabandari: perlahan ruang dan waktu kian menyatu langkah memuja makna, jejak terus beriringan meninggalkan penantian aku terus memelukmu melintasi pintu dan lorong demi lorong menuruni tangga melingkari derttak, terus kupeluk dengan penuh kekuatan nafas, di bawah cerobong baling baling menggetar pelukan semakin menguat dalam kerinduan, seketika bening danauku mengalir perlahan, tersenyum dalam irama tarian menghentak kegembiraan terpampang sebuah penantian, di batas desah angin malam menghembuskan sejuk dan harum rambutmu kian tergerai sebuah keindahan abadi menyentuh tarikan nafasku, tiada terhenti menghirup harum kerinduan yang semakin bergerak memuja tangga beratapkan langit malam, aku termangu menatap lepas pelukan di punggung halusmu, memohon untuk terus mengelus punggungmu dengan kasih yang penuh keabadian.

prabandari: gemuruh lingkaran baling baling terus memacu waktu sementara kakiku terus menjejak terpancang kuat, aku masih melihatmu bergerak menuju sayap sayap yang akan menerbangkanmu melintasi angkasa malam, disini aku masih memelukmu dalam hangat berkepanjangan dan keabadian, tatapan matapu kian memudar dan aku berdiri di anjungan melepasmu dilandasan pacu kian berpacu kemudian menetak bumi perlahan menghilang bersama kerlipan lampu lampu mengecil, seperti tetesan air mataku yang semakin merembesi ladang wajahku yang gersang, aku sangat mencintaimu dalam hidup dan matiku, seperti kemarin aku telah melakukan sesuatu yang belum pernah kulakukan dalam hidupku, menyeberangi selatmu merenda detak nafas ku menyatupadu nadimu.

detak nadi memacu tetes kerinduan
arusmu kian merajut cakrawala
tenggelam memeluk palung pesonamu
torehan rona merah lukisan binar purnama
tetes sejuk embun mata cinta,
mengayuh biduk penantian membiru
mereguk aroma mewangi pesona
kian merindumu kasih membentang mega
pesona sang bayu menghantar cahaya rembulan
tentang indah pesona bertelanjang jiwa
menetak kabut berbalut garis fatamorgana
kepakan demi kepakan membuai asa
: prabandari


prabandari: melintas langit menyatu kasih saat tertiupkan kelembutan mencumbu kosa demi kosa menyatu perasaan kecipak air menetesi makna penuh kesejukan menjelaskan arti tentang perjalanan mencintaimu sepenuh jiwa raga menuai kehidupan dan kematian, tidak dapat ditafsirkan dengan kitab apapun kecuali dalam hati dan sanubari terdalam hanya "mencintai, mengasihi, menyayangi"


khayangan:
04041414
ciptmu:414


.

3 komentar:

sang bhumi ruwa jurai : prabandari