Selasa, 13 April 2010

jubah putih menyulam persembunyian wajah


malam telah meninggalkan makna terbentang diungkapan sebuah lintasan memuja pemutusan sarat purba kian menjelaga menepi tonggak tonggak berpayung lubang pengasapan mendupa berdurja memuai mistik terperangah malam diujung cadi menggerombol tonggak demi tonggak pusara tiang pancang asap membayangi kepulan demu kepulan sinar mendekam cahaya kental desah purba menggema penuh kekuatan berragam antah berantah, mengernyit dahi para menyulam pelipis menari kerutan kerutan angkara menjiwa padam terbelenggu waktuku menatah sepi menggema mengudara dingin semilir kehangatan ,

hamparan membukit terbalik kilatan menghampar hempasan penuh keremangan cahaya memijar seputaran palungmu mendekap suci wudhu menyeru tetes demi tetes mensucikan kata dalam sebongkah air membasuh wajah melukis jiwa mereka menyulam reka bermakna, pergeseran lentingan waktu meremang dalam nuansa menetak langkah menikam menderu kesepuhan menyala untaian sorban mengelilingi jarum merenda waktu mencumbu hutan belantara dalam hutan hutanmu, menggema makna penyepuhan membentang tiang tiang bersejarah disandaran dinding usang pemenuhan berkalang aroma ketertundukan dalam mengupas khidmat meremang kuduk disepanjang mata,

mentari mengejar ufuk timur membenam petang menjingga lukisan lembut telinga mendengar luapan semenanjung dititah pantai semesta dermaga tersulam tikar tikar usang dipersekutuan antara lintasan pulau pulau membentang luasmu, perlahan tertatah buluh buluh terbentang tikaman wajah jiwa jiwa mencandi, satu persatu mengurai tingkatan menaiki anak demi anak tangga mengurai jejak yang semakin menjejak menggaris muara tanah memerah semakin menggugah buhul buhul pernyatuan sang, saat mata dan telinga semakin menggema uraianmu merentang kuasa sang maha dibawah nafasmu semakin menghilang terselinap antara putaran desah riakan menggetas arus terseret menggelora dari makna terperikan,

perjalanan penuh menjelaga bentangan ufuk timur terpersembahkan jalan jalan penuh harapan melintasi tebing dan merentang tabngan menyatu batuan di hamparan karang menggema lautan bergelombang tertawan angin berkekuatan simponimu menggema di kaki kecil terdahulu bermandikan cahaya keperakan berpasir istana istana kecil diusung tanganmu melukis dalam warna berjuta warna mengkota nafasmu, sebutir langkah menyingkap tirai berjendela ukiran purba berwarna merah kehitaman, detakmu terhenti menyatu di ufuk timur menyelami panggilan maha berkumandang para azan ditikamkan menyulut kalbu membaha asa menuju khayanagn penuh makna, saat subuh semenanjung memeluk air tersucikan nafas demi nafas terlewati,



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sang bhumi ruwa jurai : prabandari